Orang Indonesia katanya (ga tau kata siapa) melankolis, mudah terbawa suasana, kurang objektif lebih memakai perasaan. Kayaknya itu dipahamin juga sama produser-produser. Mulai dari produser lagu, produser sinetron, sampai produser berita.
Permasalahan dipersempit untuk produser berita aja. Baru sadar waktu lagi nonton berita siang tentang gempa Sumbar. Jadi biar dapat berita yang update, sering ganti-ganti channel. Timbullah kesadaran, kenapa beritanya ada musik latar di setiap channel berita? Musiknya sendu, mengharu biru.
Ingat-ingat lagi (tapi tidak lupa-lupa ingat), waktu kejadian penggrebakan teroris. Ada musiknya juga, musiknya yang bikin suasana tegang, JRENG..JRENG...
Dulu waktu kejadian WTC 9/11 dan tsunami Aceh, pernah nonton berita luar CNN dan CNBC, ga ada musik latar. Kalo berita luar biasanya ada musik latar untuk informasi ringan.
Kenapa ya di sini harus pakai musik latar? Biar meriah suasananya? Atau seperti kata Efek Rumah Kaca, "...kita memang benar-benar melayu suka mendayu-dayu..."
Buat masyarakat Sumbar, Bengkulu, Filipina, Samoa moga-moga cepat teratasi masalah-masalahnya.
-fin-
Permasalahan dipersempit untuk produser berita aja. Baru sadar waktu lagi nonton berita siang tentang gempa Sumbar. Jadi biar dapat berita yang update, sering ganti-ganti channel. Timbullah kesadaran, kenapa beritanya ada musik latar di setiap channel berita? Musiknya sendu, mengharu biru.
Ingat-ingat lagi (tapi tidak lupa-lupa ingat), waktu kejadian penggrebakan teroris. Ada musiknya juga, musiknya yang bikin suasana tegang, JRENG..JRENG...
Dulu waktu kejadian WTC 9/11 dan tsunami Aceh, pernah nonton berita luar CNN dan CNBC, ga ada musik latar. Kalo berita luar biasanya ada musik latar untuk informasi ringan.
Kenapa ya di sini harus pakai musik latar? Biar meriah suasananya? Atau seperti kata Efek Rumah Kaca, "...kita memang benar-benar melayu suka mendayu-dayu..."
Buat masyarakat Sumbar, Bengkulu, Filipina, Samoa moga-moga cepat teratasi masalah-masalahnya.
-fin-
0 comments:
Post a Comment