2009-11-30

Seks

Pengetahuan saya yang pertama tentang seks bermula dengan cerita Ajisaka. Waktu itu umur saya 10 tahun. Sambil berbaring di balai-balai kayu jati tua yang sejuk, dengan asyik saya baca legenda orang Hindu yang memperkenalkan huruf ha-na-ca-ra-ka kepada orang Jawa itu.

Alkisah, suatu hari Ajisaka mampir ke sebuah rumah. Di rumah itu tinggal seorang janda. Sewaktu Ajisaka masuk, mbok rondho tengah menumbuk padi. Dalam ketekunan kerja, kainnya tersingkap di bagian paha. Melihat ini, mani Ajisaka mendadak tumpah. Seekor ayam betina yang ada di situ kemudian mematuk cairan itu, lalu ....

Ada yang tak saya pahami dalam cerita yang dimuat dalam majalah Panjebar Semangat yang berbahasa Jawa itu. "Apa itu mani?" tanya saya kepada seorang sepupu yang kebetulan lewat. Sang sepupu terhenti sejenak. Ia menengok ke kiri ke kanan lalu mendekat sambil berbisik-bisik menjelaskan — dengan diiringi isyarat gerak tangan yang tak seluruhnya saya pahami.

Toh sejak itu, pengetahuan saya tentang seks bertambah. Dari kisah Ajisaka, sumber informasi meluas ke banyak penjuru. Waktu itu memang tak ada cerita-cerita pornografis yang distensil, seperti yang kini diperjualbelikan di Jakarta secara sembunyi-sembunyi. Tapi ada saja yang bisa merangsang dan mengejutkan.

Pada suatu hari, bersama seorang kawan, saya memasuki sebuah gedung tua tak berapa jauh dari sekolah. Gedung itu bekas asrama sepasukan prajurit KNIL yang baru saja meninggalkan kota kami, entah ke mana. Seluruh ruangannya kosong. Gentingnya telah banyak yang pecah dan hilang. Dari sela-sela atap itu, cahaya pun masuk dan menerangi dinding-dinding kamar. Di sana, bagaikan sederet mural yang kasar, terpampang corat-coret arang yang belum pernah saya lihat seumur hidup saya yang 11 tahun itu: adegan cabul, kata-kata seru, dan mungkin juga kesepian. Pendeknya, seorang prajurit telah menumpahkan seluruh fantasinya.

Pengetahuan seks, dan rangsangan yang terbit karena hal itu, tampaknya memang bisa datang, memergoki kita, dari mana saja. Ia bisa masuk dari bisik-bisik teman, yang semalam mengintip tayuban di rumah mantri polisi. Ia bisa datang dari dongeng yang pada dasarnya malah tak ingin merusakkan akhlak: adegan Panji yang bercinta dengan para putri di tepi kolam; cerita berahi Batara Guru di dekat Dewi Uma; Kisah Daud yang menginginkan Bathseba dalam Injil.

Informasi seks, dan segala daya tarikannya, juga bahkan bisa didapat dari forum yang sangat sehat. Di kelas III SMP dulu, misalnya, suatu ketika guru agama kami mencoba menjelaskan apa perlunya mandi junub. Untuk itu ia terpaksa menyilakan para murid putri meninggalkan kelas sebentar — lalu secara kilat memberikan sejenis pendidikan seks. Apa yang diberikannya kelak kemudian ternyata sangat berguna, tapi waktu itu kami mendengarkan dengan cekikikan, setengah malu, setengah berdebar-debar.
Anak-anak, apa boleh buat, punya rasa ingin tahu. Mereka juga punya berahi sendiri. Dari sugesti erotis dalam pelajaran tentang setengah mandi junub, dari kisah Kudawanengpati atau adegan cinta Dewi Kunti, jalan pun terbentang ke mana saja: bisa ke majalah Penthouse, atau film biru pada video, atau novel murah yang dijual di hotel-hotel buat para pejalan yang kesepian.

Tapi mungkin juga akhirnya tak separah itu. Bukankah manusia tak seluruhnya jadi cabul, meskipun ekspresi pengalaman seksual bahkan sudah ada dalam lukisan Zaman Batu?

Sebab, sementara mereka menemukan yang jorok-jorok, mereka juga belajar hal-hal lain. Ada memang anak (setidaknya begitulah menurut berita) yang memperkosa sehabis ia menonton film yang merangsang syahwat. Tapi lebih banyak lagi anak yang membaca cerita seks stensilan, ternyata, kemudian tumbuh jadi orang baik-baik menurut ukuran normal. Berapa cerita porno yang pernah Anda serap? Dan blue film? Bahkan yang lebih seram dari itu? Mungkin Anda sendiri lupa. Saya juga lupa. Tapi seperti halnya Anda, para pembaca, saya merasa diri tak jadi bejat. Berdosa, memang, tapi bejat betul barangkali belum.

Dan itulah yang terpikir sering kali sebelum tidur. Bahwa dosa — suatu pelanggaran terhadap hubungan dan janji kita dengan Tuhan — sering tak bisa begitu saja diterjemahkan sebagai rusaknya hubungan sehari-hari dengan orang lain. Kita punya kemungkinan untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan yang satu ini, tapi tentang dosa, kapasitas kita agaknya lebih terbatas.
Kita tak mudah menyucikan dan menyelamatkan tetangga-tetangga kita.

Mungkin kita akan mengalami frustrasi karena itu. Tapi barangkali juga tak perlu: kalau kita percaya, bahwa kita sendiri tak jadi jebol hanya karena sejumlah cerita bobrok, kita mungkin bisa percaya bahwa orang lain akan demikian pula. Termasuk anak-anak kita. Termasuk anak-anak saudara kita.

20 Oktober 1984

Di ambil dari catatan pinggir 2
Memperingati hari AIDS sedunia, 1 Desember.

-fin-

Read More ..

2009-11-25

Catatan Pinggir 2; Goenawab Mohamad


Ini adalah sebuah judul buku berisi tulisan-tulisan Goenawan Mohamad di majalah TEMPO dari tahun 1981-1985. Buku ini berisi pandangan-pandangan, ada juga satire mulai dari birokrasi, ideologi, kebudayaan, moralitas, dan lain-lain. Sekarang Goenawan Mohamad masih menulis di TEMPO online, masih membahas hal-hal seperti ini, nama rubriknya caping. Mungkin akronim dari catatan pinggir. I dunno.

Buku ini gw dapat dengan cara yang tidak halal, ngembat dari perpustakaan salah satu organisasi di kampus. Dulu di salah satu organisasi di kampus gw pernah ikutin, gw jadi ketua seksi perpustakaan. Buku ini gw ambil bukan buat nambah koleksi perpustakaan organisasi yang gw ikutin, tapi buat koleksi pribadi. Walaupun ga tau bakal gw baca atau ga.

Alasan gw curi buku ini seperti kata bang napi, kejahatan terjadi bukan karena ada niat tetapi juga karena ada kesempatan. WASPADALAH!! Jadi karena perpustakaan organisasi lain tidak dijaga dengan apik dan ada kesempatan maka terjadilah kejahatan tersebut.

Buku ini gw ambil udah lama, sekitar tahun 2005 kayaknya. Tapi baru gw baca November 2009. Ternyata isinya bagus, ga berat dan ngajak sedikit mikir.

Nanti ada beberapa dari isi buku ini mau gw posting. Oom Goenawan jangan marah ya. Buat yang bukunya gw embat, mohon maaf lahir batin.


-fin-

Read More ..

2009-11-22

Nama Band Lokal

Beberapa waktu yang lalu lagi di jalan, denger radio. Acara kayak countdown music chart gitu lah. Khusus untuk band-band lokal.

Nah, pas lagi recap dari urutan buncit ke urutan nomor dua dibacain ulanglah nama-nama band dan judul lagunya. Yang bikin sedikit kaget ada tiga band yang nama band-nya pakai unsur warna-warni.

Urutan paling atas "ungu", yang ini mungkin udah banyak yang tahu. Udah terkenal banget kayaknya. Urutan selanjutnya "hijau daun", hmmm... samar-samar pernah dengar. Kenapa ga ijo lumut aja. Dan urutan terakhir "merah delima". Hah? Selanjutnya apa lagi band baru yang bakal muncul? Putih-putih melati, biru langit, kuning golkar...


-fin-

Read More ..

2009-11-19

Internet yang Terlalu

Alkisah pada zaman dahulu (sekitar bulan April 2009), seorang pemuda memutuskan berlangganan Telkomsel Flash Unlimited Basic untuk berinteretan ria. Kecepatan akses data dari paket yang dijanjikan 256kbps/64kbps, setelah kuoata lewat dari 3GB kecepatan mengunduh turun jadi 64kbps, kecepatan unggah lupa jadi berapa.

Pada awal-awal masih terjadi kemesraan, kecepatan dan koneksi sesuai dengan yang disepakati. Bahkan, ketika kuota sudah lewat tetap kecepatan akses masih 256kbps. Wow! Mendapat lebih dari yang dibayangkan sang pemuda. Menurut bisik-bisik tetangga dikatakan bahwa kuota belum dilaksanan. Memang pernah terjadi masalah, sulit untuk koneksi. Saat itu ketika ditanya, "what happen aya naon, neng?" Dijawab dengan manis, "ada perbaikan jaringan di sekitar wilayah akang. 2 hari lagi rebes, kang." Dan benar, 2 hari kemudian beres. Nice!!

Huru-hara mulai terjadi di bulan Juli. Ketika tiba-tiba si pemuda membaca suatu informasi di atas daun lontar (a.k.a. media), bahwa kuota turun menjadi 2GB. Si pemuda bergumam dalam hati, "kenapa daku tidak diberitahu secara langsung, kenapa harus tahu dari pihak lain... Kira-kira apa yang akan terjadi dengan koneksi internet yang aku miliki?" Setelah dicoba dan ketika kuota lewat kecepatan koneksi masih tetap 256kbps. Tetapi hati si pemuda tetap gundah gulana. Apalagi ketika banyak banyak desas-desus dan kabar dari burung bahwa sebentar lagi kuota akan diterapkan. Si pemuda menjadi resah. Tetapi, setelah dipikir masak-masak kuota 2GB cukuplah untuk pemakaian pribadi jika hanya untuk browsing. Dahulu memang jika sudah mengunduh sikat habis. Jika bisa unduh 1 album untuk apa unduh 1 lagu. Ini cuma umpama. Karena si pemuda lebih suka mendengar lagu di radio. Jikalau mengunduh selalu video kok.

Prahara timbul di bulan Agustus. Suatu hari di bulan agustus, si pemuda sedang mengunduh video dari youtube dengan ukuran file sekitar 20MB. Ketika itu tiba-tiba koneksi naik turun tidak jelas. Lalu dicoba untuk di disconnect, lalu connect lagi. Ketika sudah tersambung, unduhan pun dilanjutkan. Tapi apa lacur, kecepatan yang didapat hanya maksimal 64kbps dan labil. Dalam hatinya si pemuda menjerit, "What The *uck! @(#$^$*#*^&%RJ@&^!!!" (hiperbola, si pemuda santun kok).
Si pemuda pun mencari tahu dengan mendengarkan bisik-bisik tetangga dan kabar dari burung. Ternyata kuota sudah diberlakukan dan besarnya adalah 500MB. Lagi-lagi si pemuda menjerit, "What The *uck! @(#$^$*#*^&%RJ@&^!!!" (hiperbola, si pemuda santun kok).
Si pemuda lunglai, sempat tidak percaya. Beberapa hari kemudian ada pesan singkat masuk dari Telkomsel, memberitahukan bahwa kuota sekarang berubah menjadi 500MB. Ternyata bisik-bisk dan kabar dari burung itu benar adanya. Sisi pemuda menjerit, "What The *uck! @(#$^$*#*^&%RJ@&^!!!" (tiap orang ada batas kesabaran).

Akhirnya diputuskanlah untuk mengakhiri hubungan dengan Telkomsel. 500MB/bulan dirasa tidak cukup, untuk browsing 1 hari aja biasa habis 20-40MB jika sendirian. Belum kalau ada orang lain pinjam. Kalau 2 GB masih pikir-pikir. Tiba-tiba terdengar berita bahwa pelanggan lama kuota akan kembali seperti kesepakatan awal. Si pemuda berharap jadi 3GB, tetapi ternyata 2GB (ini sih kesepakatan di tengah-tengah). Setelah dipikir-pikir, bolehlah. Akhirnya pemutusan hubungan tidak jadi dilakukan. Rujuk untuk sementara waktu.
Di bulan September si pemuda berhati-hati menggunakan internetnya agar tidak kelewatan kuotanya. Suatu hari ketika sedang browsing tiba-tiba kecepatan internet lambat, padahal kuota 2GB belum terlewati. Coba mencari informasi, ternyata kuota 2GB hanya berlaku untuk pelanggan yang mengikat kontrak modem dan pelanggan yang sudah lama banget. Si pemuda dianggap newbie, sehingga hanya mendapat 500MB. Si pemuda menjerit, "What The *uck! @(#$^$*#*^&%RJ@&^!!!" (marah). Sudahlah. Kita usaikan hubungan ini. "Walaupun dahulu kita pernah bermesraan tetapi jika sekarang tidak ada pengertian ya sudah," gumam si pemuda. Pernah ku mencintaimu tapi tak begini, kau khianati hati ini kau curangi aku.

Akhirnya di akhir September kebersamaan itu usai, dengan alasan kuota terlalu kecil. Di hadapan hakim (CS Telkomsel) disepakati perpisahan itu. Segala tanggungan-tanggungan yang ada pada si pemuda harus diselesaikan dan diselesaikan hari itu juga.


Ternyata masalah tidak selesai. Sekonyong-konyong timbul tagihan di bulan November. Ah, masa bodo. Dia bukan siapa-siapa lagi.


Seandainya ada kunjungan dari debt collector si pemuda tidak akan gentar. Yang membuat si pemuda sedikit kecut adalah tagihan ini menunjukkan bahwa data-data dari si pemuda masih tersimpan di Telkomsel. Bagaimana nanti kelak jika data itu disalahgunakan oleh
pihak yang tidak jelas untuk menawarkan produk-produk yang tidak jelas pula? Entahlah.


-fin-

Read More ..

2009-11-16

Kompas, Silap Kata

Harian kompas, yup itu koran langganan kami di rumah. Beberapa minggu yang lalu di surat pembaca kompas ada yang menulis tentang kesalahan penulisan kata di berita Kompas dan menurut penulis surat pembaca kesalahan tersebut cukup fatal untuk harian sebesar kompas.

Karena ga semua berita di koran kompas gw baca jadinya ga terlalu diperhatiin. Tiap sore gw cukup rutin baca kompas online. Nah, kalau di kompas online ini setelah gw baca surat pembaca tersebut dan gw perhatiin, memang cukup sering ditemuin kesalahan pengetikan. Entah karena itu berita online yang harus diposting segera, makanya editor ga sempat perhatiin secara detail. Padahal berita yang diturunin juga jarang yang panjang.

Misalnya di berita ini, judulnya sekarang "Bursa Efek Indonesia Pakai Red Hat". Sebelumnya judulnya adalah "Bursa Efek Jakarta Pakai Red Hat". Coba aja di cek alamat link nya, masih bursa efek jakarta. Waktu tulisannya masih bursa efek jakarta, gw kasih komen. Gw ga tau apa dirubah setelah komen gw atau ada komen-komen yang sudah memberi tahu. Tapi kok komen gw ga keluar ya?
Btw, di situ masih ada kesalahan kok masih ada tulisan "Jakarta Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia)" di beritanya, ga konsisten dengan terjemahannya.

Waktu hari minggu (15/11/2009), salah satu rubrik yang gw seneng rubrik parodi Samuel Mulia. Edisi 15/11 judulnya "Mohon Izin". Disitu Samuel Mulia mengutip kalimat vini, vidi, vici. Tapi dibilang yang ucapin kalimat itu Napoleon, harusnya kan Julius Caesar. Kalo yang ini gw kurang tahu, apa ada konspirasi Samuel Mulia dengan editor atau ga.

Yah, walau gitu tetap baca koran kompas tiap hari buat suplemen. Karena manusia tidak hanya hidup dari roti saja bukan.
Ini ada sedikit oleh-oleh dari Benny & Mice, jadi naruto & sasuke coy.



-fin-

Read More ..

2009-11-08

Gus Dur...I Love You Full

Tiap orang kalo ditanya siapa presiden favoritnya, pasti punya pendapatnya masing-masing. Kalo gw, Soekarno dan Gus Dur. Bung Hatta juga mantab, tapi kan beliau wapres.

Pemikiran dan sikap yang rada nyeleneh yang bikin gw salut sama Gus Dur.

Salah satunya penjelasan Gus Dur di surat pembaca kompas tanggal 8/11/2009.






Penjelasan Presiden Keempat RI

Berikut ini catatan Presiden keempat RI tentang tanggapan tulisan di Kompas (15/10), "Presiden Yudhoyono dan Demokrasi Mataraman", yang menyebutkan bahwa saya "lupa" (milik nggendong lali) sehingga ingin mempertahankan kekuasaan dengan membubarkan parlemen melalui Dekrit Presiden, dengan demikian akan memperpanjang kekuasaan saya.

Dalam kenyataan tidak demikian. Ketika beberapa pihak ingin menggeser posisi saya sebagai presiden, justru saya menghindardari perbenturan itu dengan meminta dua menteri mengeluarkan Dekrit Presiden, tetapi ia menolak. Karena itu, saya justru melengserkan diri dari jabatan kepresidenan ini untuk menghindari terjadi perang saudara.

Bahwa karena ketentuan hukm Islam (fiqih), bahwa seseorang dapat saja diperintahkan meninggalkan rumahnya (baca: Istana Merdeka), asal dilakukan oleh pemerintah. Karena Lurah Gambir adalah unit terkecil dari daerah di sekitar istana, saya meminta Pak Luhut Panjaitan untuk meminta surat itu.

Mungkin saja Pak Luhut tidak mengerti sepenuhnya apa yang saya maksud, ia tetap mengerjakan permintaan itu. Besok sorenya, ia serahkan kepada saya surat dari Lurah Gambir yang meminta saya untuk meninggalkan Istana Merdeka. Dari apa yang saya terangkan, jelas bahwa saya tidak pernah mempertahankan diri dari kekuasaan saya

ABDURRAHMAN WAHID
Presiden IV RI


Beda banget sama kapolri & kajagung. Tunggu perintah dari presiden, tidak sadar diri.


-fin-

Read More ..

2009-11-07

Cicak, Buaya, dan Ular Kadut

Baru baca berita dari sini. Ga tahan bow. Ternyata kapolri tukang gosip.

Kenapa sekarang polisi suka banget bikin sensasi? Mulai dari SD (ini lagi masih sd bikin ulah terus), evan brimob, sekarang kapolri. Ganti aja deh jangan disebut kapolri, kabokri aja (kepala bokis RI). Polisi dari pamong praja sampi polisi sipil kok banyak banget oknumnya.

Mungkin kapolri ga tahan denger berita infotainment yang dimonopoli kisah Anang & KD. Sekali dayung dua tiga pulau terlewati, dengan menyebar gosip perhatian akan terganti. Mulai dari Anang & KD sampai cicak vs buaya.

sumber: http://bsec-2008.blog.friendster.com/2008/07/ular-kadut-ular-air/

Sekarang dibentuk tim buat pencari fakta buat jadi penengah masalah cicak buaya, nama bekennya tim 8. Tim 8 ini kayakny lebih mirip ular kadut. Tampilan serem, tapi ga berbahaya dan ga berbisa. Katanya nama-nama yang disebut di rekaman mau diperiksa. Di rekaman disebut juga nama SBY, apa SBY bakal dipanggil juga? Kan asas praduga tak bersalah dan semua orang sama di depan hukum. Bisa memanjang bisa mengkerut, itulah ular kadut.

Kalo kata Bang Benyamin Sueb di lagu jali-jali
...
ular naga diemprut selang
(ah lu kate belanda)
uler kadut, uler kadut segene gini
(segede ape bang?) (neh!)

ular naga diemprut selang, nona, nona
uler kadut, uler kadut segede gini
(kayak gede banget) (ah, lu tau kok)

...



Jadi pengen bakmi kadut di daerah harmoni. Lokasinya deket sama istana negara.


-fin-

Read More ..

2009-11-05

Kalo Waria Jadi Flight Attendant atau Pramugari

Ledis en jentelmen, bekudis tempel semen, sesuai peraturan penerbangan, jadi eike mawar kasi liat cara pake itu sabuk yang ada di pinggang yey, baju buat mengapung-apung, dan masker oksigen dikala napas sesek.

Biar yey nantinya bisa selamet, coba sini diliat dulu cara pasang itu sabuk yang melilit di pinggang yey, cara ngunci biar gak gampang lepas, ngencengin, dan ngelepasinnya.

Baju ngapung ada di bawah kursi yang yey dudukin, jangan dipake kecuali nanti mas kapiten ngajak berenang bareng. Eit..jangan lupa, itu barang jangan yey pindah-pindahin yaa, apalagi dibawa pulang buat pajangan salon. Yang ketauan sama eike, bakalan ditabok kanan kiri atas bawah depan belakang deh ih...

Cara make'nya, itu baju dikalungin di leher yey, ati ati kekencengan tar gak bisa napas. Makanya kudu ati-ati deh yah.

Biar bisa ngapung, yey tarik itu pencetan warna merah delima, atau yey tiup itu pipa nya. Kalo nanti keluar lewat jendela darurat, itu baju apung dikembangin pas di luar aja deh, nanti mampet di jendela karena gak muat.

Aihh.. ampe kritiing tangan eike narikin pencetannya keras amirr...gimana sih nih...

Eh, asal yey semua pada tau ya, ini pesawat ada dua pintu darurat di depan, ada dua di belakang, dan ada dua lagi jendela darurat di tengah-tengah. Jadi keluarnya jangan rebutan ya.

Kalo nanti tiba-tiba napas sesek dan bukan karena sabuk yang di pinggang kekencengan bukan pula karena salah masang pelampung, masker oksigen bakalan nongol dari atas kepala yey, tarik aje dah trus napas kayak biasa.

Kalo ada anak kecil, yey yey yang ude tuwir mesti nolongin anaknya dulu baru yey pake sendiri.

Kartu gambar biar selamet ada di kantong kursi di depan yey duduk, silakan dibaca dan dihayati dengan seksama yaaah. Endang sukamti cintya lamusu, terimakasi God blesss...yuuu... mariii.



disadur dari sini


-fin-

Read More ..

2009-11-04

Antenna Abal-Abalbolic Penguat Sinyal

Provider internet sekarang berserakan di mana-mana, mulai dari yang kecil sampai yang gede. Kaget juga waktu iseng-iseng search di google cari ISP buat daerah depok. Kalo ISP kecil masih relatif mahal biaya perbulan. Jadi pake ISP besar aja di rumah. Dulu pake telkomsel, sekarang pake smart. Gara-gara pake kuota, kecil banget lagi jatahnya. Smart bebas, mudah-mudahan seterusnya.

Salah satu kendala di Depok sinyal dari ISP berkutat di wilayah Margonda. Mungkin karena masuk wilayah Jakarta coret jadi kurang dapat perhatian. Kalo udah jauh dari Margonda sinyal kemungkinan naik turun. Apalagi sinyal 3G & EVDO, minimalis abis. Coba cari solusi buat ngatasin masalah sinyal tapi dengan biaya murah, ketemu wajanbolic & bazooka 3G. Pengen beli, tapi takut pengaruhnya ga signifikan buat kenaikan sinyal. Mau bikin, alat-alat terbatas. Lagian kalo liat skema wajanbolic & bazooka 3G modemnya itu ditaro di dalam pipa paralon. Ya pasti kepanasan, sayang modemnya.

Cari-cari info lagi ketemu yang begini, astrobolic. Jadi penasaran mau coba bikin sendiri. Berhubung cari parabola bekas susah, ya berkreasi sendiri aja. Pake antena tv, tapi yang ada parabolanya. Ambil bagian parabolanya aja, bagian lain ga dipake. Kombinasikan dengan ilmu wajanbolic & bazooka 3G.

Jreng-jreng!!! Lumayan ada peningkatan sinyal. Sinyal standar 19-22%. Setelah pakai antenna 54-62%, stabil di 58%. Tapi ga tau gain-dBi naik juga atau ga. Yang tambah bikin seneng modem ga kepanasan, malah bisa dikipasin. Ademmmm benerrrr...

tanpa antenna


pakai antenna

Modal yang dikeluarkan:
Beli antena tv yang ada parabola Rp 45,000
Selotip alumunium foil Rp 8,500
Kawat nyamuk 1m Rp 21,000 (kirain minimal beli satu meter, ga taunya bisa 1/4 meter)
Benang sol Rp 1,500 (buat ikat parabola ke dudukan)
Tripod bekas, asumsi gratis
Dudukan parabola, dari mainan lama, asumsi gratis juga
Fan, ambil dari komputer rusak, kayaknya gratis
TOTAL = Rp 76,000

Penasaran mau cari parabola yang diameternya lebih gede, tapi tetap yang murah meriah. Pengen tambah biquad juga. Siapa tau lebih maknyus, ajib.


-fin-

Read More ..